Dear istriku,
Kalau kamu tanya apakah aku sayang kamu
Dan seakan akan kamu minta aku yang romantis
Sudahlah, bukan tak mau, tapi memang segini adanya
Aku yang memilihmu, tak pernah menyesal sekalipun menikahimu
Meski sering kamu tanya,
"Mas, kamu lebih senang aku yang berhias dengan kosmetik atau polos?"
Aku hanya lebih senang melihat matamu menahan kantuk ketika dede rewel tak mau tidur. Aku suka dengan telaga dimatamu, ketika dede sakit, tak hentinya menangis dan aku melihat cemas tertahan diwajahmu.
Lihat bibirmu yang tanpa lipstik berwarna merah, mengucapkan kata kata lembut agar dede tenang ; "cup cup nak, iya sayang kamu susah bobo ya? sini mama gendong". Kamu masih mampu tersenyum meski sesungguhnya kamupun sudah sangat lelah. Aku justru menemukan pemandangan indah meski tak perlu aku sampaikan ketika itu.
Katanya kamu mulai gemuk, badanmu tak sempat lagi diurus karena waktumu habis untuk mengurus anak anak, rumah, dan aku suamimu. Tapi buatku, bukan lagi tubuh langsingmu yang membuatku senang. Justru saat ini, aku tersanjung karena kamu sudah membiarkan tubuhmu 'berubah' untuk mengandung anakku. Persembahan apa lagi yang lebih baik dari itu, bagiku?
Sudahlah, istriku.. Kamu cantik karena sifatmu. Tak perlu kamu tambahi apapun, aku senang.
Kamu yang selalu punya waktu untuk bermain, mengurus anak anak, bekerja 2 sampai 3 hal sekaligus. Kamu yang selalu memastikan rumah sudah 'cukup' rapi ketika aku pulang kerja, dan kamu yang sungguh sungguh belajar untuk menjadi madrasah bagi anak anakku.
Kamu, yang kehilangan hobby mengkoleksi tas dan sepatu seperti kebiasaanmu dahulu. Kamu yang sudah lupa dengan cara memasang bulu mata palsu, dan kamu yang kini betah dirumah daripada pergi belanja ke mall. Kamu memasak, kamu mengajari anak anak setiap hari. Aku, tersanjung. Meski tak terucap, aku sudah bahagia.
Jadi, masih perlukah sikap romantis itu?
#CerpenElmikaHijrah
Ummu Mika 22 Juni 2016
0 komentar:
Posting Komentar